Minggu, 29 Juli 2012

puisi "malam yang indah"


"Malam yang Indah"
karya : Rifan Romadon

sepoi angin kembali menghiasi malam 
menitis baur menyusuri alam
riak deru ramai semakijn padam
melesuh resah terlelap kelam
menebar mimpi yang kian tenggelam

tak terketup pasang bola mata ini
trerbuming langit hitam dalam buli
terlena bintang berkedip deri
tersanjung bulan berai putih berseri
dibalik awan halus gelombang, dengan sejuta misteri

dinginnya alam semakain meratapi
menggoyah mimpi hingga merasuk hati

desah ayat suci melemaskan kolbu
tersimpang fikir dalam dosa terdahulu
tersirat mata terdiam dan terpaku
berkaca kilau tergelitik merambu
mengalir derai bertabuh membisu
tersayat hati menimba sedih terbelenggu

pusis "langit biru"


"Langit Biru"
karya : Rifan Romadon

duduk manis disebuah pohon besar
merasakan dinginnya kesejukan alam
sepoi angin menyelimuti badan
Membekukan darah merah yang menggumpal

Liuk pohon menghidupkan suasana
bernyanyi dan menari menikmati kehidupan
tampak untaian rumput ikut berdendang
menghiasi bumi luas yang terhampar

tampak sang mentari tersenyum
memancarkan sinarnya yang berseru
awan putih terdian mengimbu
melihat hembusan angin yang terus berlari tak mengeluh

sorot kedua belah mata bersinar
berkaca penuh dengan kesenangan
tertengadah, melihat luasnya cakrawala
gunung tinggi menjulang
meraih langit tak berbintang

sungguh indahnya langit biru
menuntunkan sang surya yang menjemu
melantunkan kicauan burung yang syahdu
diatas kehidupan yang menderu-deru

riak ombak laut turut senang
melihat langit biru yang tersenyum girang
nan amat damai dan penuh ketentraman
menghiasi indahnya bayangan surga
Alam Duniaa..............................

puisi "suasana subuh hari"


"Suasana Subuh Hari"
karya : Rifan Romadon

Bunga tidur sedang menghiasi malam
Menikamti indahnya bermimpi
Keheningan mengiringi ketenangan hati
Mengitari cakarawala luas alam ini

Suara tabuh pun berbunyi
memecahkan keheningan alam sunyi
buyar sudah semua mimpi-mimpi
menerima panggilan dari Yang Maha Ilahi

Sontak kelopak mata terbangkit
perlahan-lahan terasa berat mengguji
saaat rayuan syetan mendekati
kembali terpejam dan terus menderasi

Suara adzan subuh berkumandang
selang seling sahutan ayam jantan
terbangkit kembali kelopak mata
seutas selimut dilempar dengan kerasnya
membuka jendela dan menyambut alam
sepoi angin dingin menusuk kolbu
menerpa wajah dan kulit pun terpaku
Mendorong kolbu untuk pergi berwudhu

kesucian air kembali menyertai
melaksanakan kewajiban diri
menghadap kasih lembut sang Ilahi
dengan tulus ikhlas dan kesungguhan hati
langit kembali memutih
mendorong mentari untuk tiba kembali.